Aku masih menunggunya tersenyum lagi
Setelah awan murung tercermin di matanya
Ku lihat langkahnya tak seceria dulu
Dan bibirnya kering kelu
Aku menginginkan dia tersenyum
Menyapaku dengan nada seruling bambu
Karena senyumnya adalah penghibur terindah di kalbuku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar